BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil survey Stanford Research Institute, Harvard University & Carnegie Foundation menyimpulkan: Bahwa lima belas persen (15 %) dari alasan mengapa seseorang berhasil meraih keberhasilan dalam pekerjaan banyak ditentukan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai profesi. Bagaimana yang 85 %? Delapan puluh lima persen dari mereka yang meraih sukses, banyak ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan mengenai manusia! Survey yang lain pada 16 (enam belas) jenis industri di Amerika menunjukkan bahwa ternyata prestasi seseorang tidak ditentukan oleh faktor pendidikan formal apakah seseorang tersebut sarjana atau bukan sarjana,bukan oleh faktor jenis kelamin apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan, bukan oleh ras apakah mereka itu kulit putih atau kulit hitam, dan juga bukan oleh umur apakah diatas 40 tahun atau dibawah 40 tahun.
Prestasi seseorang ditentukan oleh kepribadiannya. Bahkan disimpulkan juga bakat yang dibawa sejak lahir hanya berperan sebagai faktor imbuhan saja bagi prestasi seseorang. Kepribadian dan prestasi ibarat flight-attitude yang di-install pada cockpit pesawat terbang. Bila flight attitude menunjukkan kemiringan 45 derajat, maka berarti pesawat miring 45 derajat. Bila kepribadian seseorang tidak positif, maka prestasi yang bersangkutan tidak akan sukses, walau faktor pendukung kesuksesan yang lain dimilikinya. Oleh sebab itu apabila seseorang ingin sukses, tidak ada jalan lain kecuali menimba terus ilmu dan pengetahuan agar wawasannya luas, bekerja terus menerus agar memperoleh pengalaman dan mempertajam keterampilan, berpola pikir dan berpola tindak positif untuk makin menampilkan kepribadian yang positif. Tiga faktor ini yaitu "knowledge, skill and behaviour" oleh Dale Carnegie disebut sebagai faktor keberhasilan seseorang (The Triangle of Success).
B. Pembatasan Masalah
Penulisan makalah sederhana ini hanya dibatasi berkaitan dengan “Kepribadian”.
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi
2. Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan untuk berbagai keperluan.
D. Metode Penulisan
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menggunakan pendekatan motode studi literature. Yaitu dengan melakukan proses pencarian dan pengumpulan dokumen sebagai sumber-sumber data dan informasi. Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai dengan kegiatan penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memaparkan beberapa Pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah batasan, dan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah.
Bab II Pembahasan Kepribadian. Pada bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji dalam proses penyusunan makalah. Penyusun berusaha untuk mendeskripsikan berbagai temuan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian sumber/bahan.
Bab III Kesimpulan. Pada bagian ini penyusun berusaha untuk mengemukakan terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun dalam perumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kepribadian
Para psikolog cenderung mengartikan kepribadian sebagai suatu konsep dinamis yang mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan seluruh system psikologis seseorang.
Menurut Pervin dan John, kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten.
Definisi kepribadian yang sering digunakan dibuat oleh Gordon Allport yang mengungkapkan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam system psikofisiologis individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap lingkungannya.
Istilah “organisasi dinamis” menunjukan suatu integrasi atau saling keterkaitan dari berbagai aspek kepribadian. Kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola. Sehingga, kepribadian bukan suatu organisasi yang statis, melainkan secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Istilah “psikofisik” menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari kepribadian. Kata “mneentukan” dalam definisi kepribadian menunjukan bahwa kepribadian “merupakan sesuatu dan melakukan sesuatu”. Kepribadian bukanlah topeng yang secara tetap dikenakan seseorang; dan juga bukan perilaku sederhana. Kepribadian menunjuk orang dibalik perilakunya atau organisme dibalik tindakanya. Dan istilah “karakteristik” Allport menunjukan sesuatu yang unik dan individual. Kepribadian seseorang bersifat unik, tidak dapat diduplikasi (ditiru) oleh siapapun. Kata “perilaku dan pikiran” secara sederhana menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, baik perilaku internal (pikiran-pikiran) maupun perilaku-perilaku eksternal seperti berkatalkata atau tindakan.
Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari antara lain traits dan tipe (type). Traits dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait.
B. Faktor - faktor Penentu Kepribadian
1. Faktor Keturunan
Keturunan merujuk pada factor genetis seseorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan reflex adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap dipengaruhi oleh factor genetic.
Sehubungan dengan peran genetic dalam pembentukan kepribadian, terdapat 4 pemahaman penting yang perlu diperhatikan :
a. Meskipun factor genetic mempunyai peran penting terhadap perkembangan kepribadian, factor non genetic tetap mempunyai peranan bagi variasi kepribadian
b. Meskipun factor genetic merupakan hal yang penting dalam memengaruhi lingkungan, factor non genetic adalah factor yang paling bertanggung jawab akan perbedaaan lingkungan pada orang-orang.
c. Pengalaman-pengalaman dalam keluarga adalah hal yang penting menskipun lingkungan keluarga berbeda bagi setiap anak sehubungan dengan jenis kelamin anak, urutan kelahiran, dsb.
d. Meskipun terdapat kontribusi genetic yang kuat terhadap trait kepribadian, tidak berarti bahwa trait itu tetap dan tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan
2. Faktor Kepribadian
Faktor lain yang mempengaruhi terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan ; norma dalam keluarga ; teman – teman ; dan kelompok social.
C. Sifat – sifat Kepribadian
Sifat – sifat kepribadian adalah karakteristik yang umumnya melekat pada diri seseorang individu yang ditunjukan dalam berbagai situasi. Seperti malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia dan takut.
Para peneliti meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan kerja.
Terdapat sejumlah upaya untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang mengatur perilaku. Namun selama 20 tahun terakhir terdapat 2 (dua) pendekatan yang menjadi kerangka kerja dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang, yaitu MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) dan Model Lima Besar.
1. MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) adalah instrument penelitian kepribadian yang berisi 100 pertanyaan mengenai bagaimana individu akan merasa atau bertindak dalam situasi tertentu. Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan, individu diklasifikasikan kedalam karakteristik :
- Ekstraver atau introvert
- Sensitif atau intuitif
- Pemikir atau perasa
- Memahami atau menilai
2. Model Lima Besar (Big Five Model) dilakukan oleh John Bearden. Faktor lima besar mencakup :
- Keestrovertan : suka bergaul, banyak bicara dan asertif
- Keramahtamahan : baik hati, kooperatif, dapat dipercaya
- Kehati-hatian : bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun, berorientasi pada prestasi
- Keterbukaan terhadap pengalaman : imajinatif, sensitive, dsb.
D. Menilai Kepribadian
Test-test kepribadian sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan. Nilai dalam tes kepribadian membantu manajer meramalkan calon terbaik untuk suatu pekerjaan. Beberapa manajer ingin mengetahui cara menilai individu dalam test kepribadian agar lebih memahami dan lebih baik dalam mengatur individu yang bekerja dengan mereka.
Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian :
1. Survei mandiri adalah survey yang diisi sendiri oleh individu untuk menilai kepribadian. Cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan. Namun kekurangan dari cara ini adalah terdapat kemungkinan individu melakukan kebohongan dalam penilaian ini.
2. Survei peringkat oleh pengamat adalah survey yang dilakukan oleh rekan kerja.
3. Ukuran proyeksi adalah cara yang dugunakan untuk melihat dan menilai respon-respon yang dilakukan oleh inidividu terhadap proyeksi yang diberikan. Contoh ukuran proyeksi adalah Rorschach Inkbolt Test dan Thematic Apperception Test (TAT).
E. Penggolongan manusia berdasarkan kepribadiannya.
Penggolongan manusia berdasarkan beberapa kriteria tertentu sangatlah sulit. Kendalanya terletak pada heterogenitas dan keunikan sifat manusia. Tidak ada satu manusiapun yang dapat dianggap memiliki sifat yang sama kemudian dikelompokkan berdasarkan sifat itu. Selain itu manusia bersipat dinamis dan berubah-ubah sesuai hasil belajar dan kondisi lingkungan.
Ilmu pengetahuan hanya bisa melakukan pendekatan agar beberapa ciri yang agak mirip dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kepribadian. Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.
Berdasarkan aspek biologis, Hipocrates membagi kepribadian menjadi 4 kelompok besar dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi dan memberikan pengaruh kepada individu tersebut. ( 4 jenis cairan tubuh), pembagiannya meliputi : empedu kuning (choleris), empedu hitam (melankolis), cairan lendir (flegmatis) dan darah (sanguinis).
a. Sanguin, sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tapi kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.
b. Plegmatik, tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan orang plegmatik adalah ia cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang.
c. Melankolik, Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik. Kelemahan orang melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.
d. Kolerik. Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang berciri kolerik adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain.
John L Holland, seorang praktisi yang mempelajari hubungan antara kepribadian dan minat pekerjaan, mengemukakan bahwa ada enam tipe atau orientasi kepribadian pada manusia, yaitu :
1. Tipe realistik .
Menyukai pekerjaan yang sifatnya konkret, yang melibatkan kegiatan sistematis, seperti mengoperasikan mesin, peralatan. Tipe seperti ini tidak hanya membutuhkan keterampilan, komunikasi, atau hubungan dengan orang lain, tetapi dia memiliki fisik yang kuat. Bidang karier yang cocok, yaitu perburuhan, pertanian, barber shop, dan konstruski.
2. Tipe intelektual/investigative .
Menyukai hal-hal yang teoritis dan konseptual, cenderung pemikir daripada pelaku tindakan, senang menganalis, dan memahami sesuatu. Biasanya menghindari hubungan sosial yang akrab. Tipe ini cocok bekerja di laboratorium penelitian, seperti peneliti, ilmuwan, ahli matematika.
3. Tipe sosial.
Senang membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia menyenangi kegiatan yang melibatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal dan sains. Pekerjaan yang sesuai, yaitu guru/pengajar, konselor, pekerja sosial, guide, dan bartender.
4. Tipe konvensional.
Menyukai pekerjaan yang terstruktur atau jelas urutannya, mengolah data dengan aturan tertentu. Pekerjaan yang sesuai, yaitu sekretaris, teller, filing, serta akuntan.
5. Tipe usaha/enterprising.
Cenderung mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan. Tipe ini sesuai bekerja sebagai sales, politikus, manajer, pengacara atau agensi iklan.
6. Tipe artistik .
Cenderung ingin mengekspresikan dirinya, tidak menyukai struktur atau aturan, lebih menyukai tugas-tugas yang memungkinkan dia mengekspresikan diri. Karier yang sesuai, yaitu sebagai musisi, seniman, dekorator, penari, dan penulis.
F. Sifat Kepribadian Utama yang Memengaruhi Perilaku Organisasi
1. Evaluasi inti diri
Individu memiliki pandangan yang berbeda mengenai apakah mereka menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri dan apakah mereka menganggap diri mereka sendiri cakap dan efektif. Perspektif diri ini merupakan konsep dari evaluasi inti diri (core self-evaluation)
Evaluasi inti diri seseorang individu ditentukan oleh dua elemen utama., yaitu harga diri dan lokus kendali. Harga diri (self esteem) didefinisikan sebagai tingkat menyukai atau tidak menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia. Elemen kedua yaitu lokus kendali. Lokus kendali adalah tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah bahwa individu yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apapun yang terjadi pada diri mereka sendiri. Eksternal adalah individu yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar.
2. Machiavellianisme
Individu dengan sikap Machiavellianisme tinggi cenderung pragmatis, mempertahankan jarang emosional dan yakin bahwa hasil lebih penting dari pada proses. Individu dengan karakteristik Machiavellianisme yang tinggi melakukan lebih banyak manipulasi, lebih banyak memperoleh kemenangan, tidak mudah terbujuk, dan lebih banyak membujuk.
Tingginya sikap Machiavellianisme dapat diredam oleh factor situasional. Telah ditemukan bahwa Individu dengan karakteristik Machiavellianisme yang tinggi berkembang baik jika :
- Mereka berinteraksi secara langsung dengan individu lain, buka secara tidak langsung
- Situasi mempunyai sedikit peraturan, yang memungkinkan kebebasan improvisasi, dan
- Keterlibatan emosional dengan detail –detail yang tidak relevan dengan keberhasilan mengganggu individu Mach yang rendah.
3. Narsisme
Istilah narsis berasal dari mitos Narcissus dari Yunani, kisah seorang pria yang begitu sombong dan bangga sehingga jatuh cinta pada dirinya sendiri. Dalam psikologi, narsisme (narcissism) mendeskripsikan seorang yang mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan yang berlebihan, mengutamakan diri sendiri dan arogan.
Individu yang narsis cenderung ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas dirinya, memandang rendah pihak lain, dan cenderung egois.
4. Pemantauan Diri
Pemantauan diri merujuk pada kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan factor-faktor situasional eksternal. Individu dengan pemantauan diri yang tinggi menunjukan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilakunya dengan factor-faktor situasional eksternal.
5. Pengambilan Risiko
Individu memiliki keberanian yang berbeda-beda untuk mengambil kesempatan. Kecenderungan untuk mengambil atau menghindari resiko telah terbukti berpengaruh terhadap berapa lama waktu yang dibutuhkan manajer untuk membuat suatu keputusan dan berapa banyak informasi yang dibutuhkan sebelum membuat pilihan.
Manajer dengan pengambilan keputusan tinggi membuat keputusan secara lebih cepat dan menggunakan lebih sedikit informasi dalam memutuskan pilihan-pilihan mereka bila dibandingkan manajer dengan tingkat pengambilan resiko rendah.
6. Kepribadian Tipe A
Seorang dengan kepribadian tipe A terlibat secara agresif dalam perjuangan terus menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit, dan bila harus melakukannya, melawan upaya – upaya yang menentang dari individu atau hal lain.
Karakteristik Tipe A adalah :
- Selalu bergerak, berjalan dan memakan dengan cepat
- Merasa tidak sabaran
- Berusaha keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih pada saat bersamaan
- Tidak dapat menikmati waktu luang
- Terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh
Berbeda dengan kepribadian Tipe A adalah Tipe B. Tipe B jarang tergoda oleh keinginan untuk mendapatkan sejumlah hal yang terus meningkat atau berpartisipasi dalam serangkaian peristiwa yang terus berkembang dengan jumlah waktu yang selalu berkurang. Karakteristik Tipe B adalah :
- Tidak pernah mengalami keterdesakan waktu ataupun ketidaksabaran
- Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan pencapaian maupun prestasi mereka kecuali atas tuntutan situasi
- Bersenang – senang dan bersantai daripada berusaha menunjukan keunggulan mereka
- Bisa santai tanpa merasa bersalah
7. Kepribadian Pro Aktif
Individu yang pro-aktif cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti.
Individu proaktif cenderung mencari informasi pekerjaan mengenai organisasi, mengembangkan kontak posisi yang tinggi, terlibat dalam perencanaan karier, dan tekun ketika menhadapi rintangan-rintangan karier.
BAB III
PENUTUP
Kepribadian manusia selalu menjadi tema yang menarik untuk dicari tahu. Apalagi kepribadian diri sendiri. Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya sesungguhnya berasal dari kata latin: pesona. Pada mulanya kata personaini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjai satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya.
DAFTAR PUSTAKA
Djatmiko, Yayat H. Perilaku Organisasi, Bandung : Alfabeta, 2005
Hersey, Paul. 1992. Manajemen Perilaku Organisasi : Pendayagunaan SDM. Jakarta: Erlangga.
http://www.geocities.com/sebaya01/pribadi.htm
Kamarudin, 1981. Analisa Organisasi Manajemen Modern. Jakarta : Rajawali.
Robbins, Stephen. P. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta : Prenhallindo.
Steers, Richard M. Efektivitas Organisasi, terjemahan Magdalena Jamin, Jakarta : Erlangga, 1985
Stoner, James A. F. 1982. Menejemen edisi ke dua (revisi). Jakarta :Erlangga.
Sujanto, Agus, Lubis, Halem, Hadi, Taufik. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bumi Aksara.
Sutarto, 2002. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada.
Tohardi, Ahmad. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Mandar Maju.
Indikator Tipe Myers-Briggs (MBTI)
Tes kepribadian dengan 100 pertanyaan tentang bagaimana orang merasa atau bertindak dalam situasi tertentu.
Klasifikasi :
- Ekstrovert atau Introvert (E atau I)
- Indrawi (sensing) atau intuitif (intuitive)
- Pemikir (thingking) atau perasa (feeling) (T atau F)
- Pengertian (Perceiving) atau Penilai (Judging) (P atau J)
Model Lima Besar
Faktor model lima besar :
- Keekstrovertan : suka bergaul, banyak bicara, asetif
- Keramahtamahan : Baik hati, kooperatif, dapat dipercaya
- Kehati-hatian : bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun, berorientasi pada prestasi
- Kestabilan Emosi : tenang, antusias, sanggup mengahdapi ketegangan, kegelisahan, kemurungan dan ketidakamanan
- Keterbukaan terhadap pengalaman : imajinatif, sensitive, secara artistic, cerdas
semoga bermanfaat.....!