Oleh Puji Astuti
PERILAKU KELOMPOK
Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama berdasarkan pada interest atau tujuan yang sama. Pernyataan ini mengandung pemahaman bahwa dalam kelompok harus ada interaksi dari orang-orang yang tergabung di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama.
Kelanggengan kelompok terletak pada kesungguhan masing-masing individu yang tergabung dalam kelompok untuk saling memperbaharui semangat kolektivitas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama dengan menampung sebagian besar aspirasi individual. Semakin banyak aspirasi anggota kelompok yang terakomodasi, semakin puaslah anggota kelompok. Kepuasan anggota akan membuat eksistensi kelompok bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama.
Alasan Seseorang Bergabung Dalam Kelompok.
Ada beberapa alasan mengapa orang berkelompok. Beberapa orang malah menganggap berkelompok merupakan suatu kebutuhan, dalam arti tanpa berkelompok seseorang tidak nyaman untuk hidup. Untuk hal ini ada beberapa alasan yang dapat diinventarisir mengapa orang memutuskan untuk berkelompok, yaitu :
1. Alasan keamanan, dengan bergabung dalam satu kelompok seseorang dapat mengurangi ketidaknyamanan dalam kesendirian. Banyak orang merasa lebih kuat dan tidak ragu-ragu bila berada dalam suatu kelompok.
2. Alasan status, dengan bergabung dalam kelompok, seseorang merasa lebih dipandang dan lebih terhormat disbanding sendirian.
3. Harga diri, karena merasa lebih terhormat bila berkelompok maka seseorang merasa memiliki harga diri.
4. Kebutuhan bersosial (afiliasi), banyak kebutuhan sosial bisa di dapatkan saat seseorang berkelompok. Suasana bersahabat saat kesusahan, kesakitan, kematian, dan saat dilanda bencana, seseorang akan lebih mudah mendapatkan pertolongan dari pihak lain.
5. Membangun kekuatan, banyak hal tidak bisa dicapai secara individual, namun menjadi sangat mungkin manakala berkelompok. Karena dengan berkelompok akan memudahkan membangun kekuatan untuk meraih sesuatu yang besar.
6. Mencapai tujuan, karena berkelompok memunculkan kekuatan, maka tentu saja akan memudahkan pencapaian tujuan.
Kelompok Formal dan Informal.
Pada prakteknnya di masyarakat terdapat kelompok formal dan informal. Kelompok formal dapat diartikan sebagai kelompok yang diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencpai tujuan organisasi, karenanya kelompok formal banyak terdapat dan dijumpai pada organisasi yang bersifat formal dan terstruktur dengan baik.
Kelompok formal terdiri dari kelompok komando dan kelompok tugas. Kelompok komando dicirikan oleh adanya rantai komando dari pimpinan dan yang dipimpin. Karena sifatnya komando, maka perintah pemimpin harus dilaksanakan. Kelalaian atas hal tersebut akan berakibat adanya sanksi dari organisasi.
Sebaliknya kelompok informal dapat dikatakan sebagai kelompok yang lebih berkembang dari upaya individu dan pengembangan minat dan persahabatan daripada desain yang sengaja dibentuk organisasi.
Perilaku dalam Kelompok
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya.
Perilaku kolektif merupakan tindakan seseorang oleh karena pada saat yang sama berada pada tempat dan berperilaku yang sama pula.
Mana yang lebih baik, performance kelompok atau performance individu? Pertanyaan di atas seringkali muncul karena ada adagium yang berbunyi “dua kepala lebih baik daripada yang dikerjakan oleh seorang individu”. Adagium itu ada benarnya dalam beberapa kasus, karena kelompok memungkinkan orang saling tukar informasi dan pendapat. Interaksi dalam kelompok bisa menghasilkan ide dan solusi baru. Kelompok memiliki pengetahuan yang luas dan probabilitas yang lebih besar bahwa seseorang dalam kelompok akan memiliki pengetahuan khusus yang relevan dengan persoalan kelompok.Namun demikian, kelompok juga tidak selalu menghasilkan keputusan yang lebih baik. Dalam kelompok tidak semua orang memberikan kontribusi secara bersamaan, melainkan individu harus menunggu giliran. Akibat giliran dalam mengungkapkan pendapat ini, di antara anggota kelompok seringkali mengalami production blocking, terganggu pikirannya, atau kehilangan motivasi untuk berpartisipasi (malas). Individu kadang tidak mau berbagi (sharing) dalam memberikan informasinya. Meskipun performance kelompok seringkali lebih baik daripada performance rata-rata individu, seringkali performance itu di bawah standart individu, terutama bila anggota kelompoknya umumnya relatif lemah kemampuannya. Di dalam kelompok juga bisa terjadi social impact (Latane & Nida, 1981), yaitu suatu penggolongan anggota dalam suatu kelompok. Bila kelompoknya mayoritas maka pengambilan keputusannya akan sangat efektif, sebaliknya bila kelompoknya minoritas, maka sering kali orang mengalami kekecewaan, karena merasa tidak diperhatikan.
Model Pengembangan Kelompok.
Kelompok akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan dinamika yang terjadi baik secara internal maupun eksternal dari kelompok tersebut. Perkembangan kelompok biasanya bisa berkembang ke arah positif maupun negatif. Perilaku kelompok memang harus dipelajari dengan seksama agar dapat menghindari perkembangannya ke arah yang negatif. Ada 2 model pengembangan kelompok yang dikenal, yaitu model lima tahap (five stages model) dan model keseimbangan tersela (equilibrium puncuated model.
a. Model Lima Tahap (Five Stages Model).
Model ini dikemukakan pertama kali oleh Bruce W. Tuckman, sesuai dengan namanya terdiri dari 5 tahap dalam mengembangkannya termasuk juga dalam rangka mendirikan dan membesarkan kelompok.
Tahap pertama disebut forming. Dalam tahap ini beberapa orang dengan sengaja menggabungkan dirinya membentuk (perform) kelompok. Tahap ke dua setelah terbentuknya kelompok maka beberapa orang anggota kelompok membuat keributan (storming), karena ternyata dalam dalam mencapai tujuan bersama tidaklah mulus dan sering terjadi perbedaan pandang dan perbedaan cara mencapai tujuan. Keributan-keributan itulah yang mendorong anggota kelompok menciptakan aturan dan norma (norming). Maka setelah terbentuk aturan, tata tertib dan norma bahkan budaya yang disepakati bersama maka kelompok tersebut akan masuk ke tahap performing di mana seluruh anggota merasa nyaman untuk bekerja dan mencapai kinerja optimal. Tahap terakhir yaitu tahapan saat seluruh anggota kelompok berusaha mempertahankan kondisi karena sudah merasa nyaman dinamakan adjourning. Pada tahap adjourning ini para anggota kelompok terfokus pada penyelesaian tugas dan bila memang kerja kelompok tersebut hanya temporary maka para anggota kelompok akan merasa kehilangan pertemanan dan kerjasama yang selama ini telah terjalin.
b. Model Keseimbangan Tersela (Equilibrium Puncuated Model).
Model ini dikembangkan oleh C.J.G. Gersick, dinamakan seperti ini karena setelah diadakan penelitian dijumpai banyak orang yang diobservasi melakukan peningkatan upaya untuk mempercepat pencapaian tujuan/sasaran menjelang dari setengah waktu dari deadline.
Kinerja anggota kelompok tidak mengalami peningkatan yang berarti, terutama dalam mengembangkan kelompoknya, saat awal mereka menyudahi pertemuan pertama sampai dengan separuh waktu deadline. Masa antara pertemuan pertama sampai separuh deadline dinamakan masa inersia, saat inilah kinerja anggota kelompok tidak berarti. Masing-masing anggota kelompok wait and see saja yang dimungkinkan di masa ini tidak ada kejelasan dalam kelompok tersebut. Masa inersia menggelisahkan angngota kelompok karena hanya berdiam diri tanpa aktivitas berarti, hingga pada satu masa transisi mereka adakalanya dapat meningkatkan kinerja secara luar biasa karena dimungkinkan adanya rasa bersalah karena selama ini hanya berdiam diri tanpa melakukan aktivitas dan kinerja yang positif.
Phase kedua diawali dengan kejutan sehingga menimbulkan efek menyela (punctuated), setelah masa transisi phase kedua akan dilewati oleh anggota kelompok dengan melanjutkan kinerja yang telah naik mendekati sempurna dalam mencapai tujuan kelompok saat deadline. Phase kedua model Gersick ini hampi r mirip dengan tahap performing dan adjourning pada model Tuckman.
Interaksi Kelompok.
Interaksi adalah hubungan yang terjadi antar anggota kelompok dalam upaya mereka menyelesaikan tugas yang dibebankan. Dalam interaksi yang berlangsung, karakteristik pribadi masing-masing anggota kelompok akan mencuat hingga akan ada anggota kelompok yang disukai dan tidak disukai. Ada anggota kelompok yang eksis, adapula yang karena sesuatu hal di isolasi atau tidak disukai oleh anggota kelompoknya. Selain itu biasanya adapula anggota kelompok yang berfungsi sebagai penghubung dari 2 kelompok terdahulu agar tidak terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut.
Karakteristik Kelompok.
Agar kelompok yang dikelola berkembang kea rah positif, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Struktur, menjadi hal yang penting dalam kelompok formal agar upaya menjadikan kelompok yang solid dan tidak terjebak dalam pertentangan yang tidak perlu dan mengganggu pengembangan kelompok.
2. Status hierarki, agar tujuan yang hendak dicapai jelas maka sangat diperlukan adanya pengaturan jenjang jabatan dan kewenangan serta tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok.
3. Peran, peran dari masing-masing anggota kelompok harus disesuaikan dengan struktur dan hierarkinya dalam kelompok tersebut agar tidak terjadi tumpang tindih (over lapping) dalam pengerjaan tugas/pekerjaan.
4. Norma, adalah suatu aturan boleh tidak atau pantas tidaknya sesuatu dilakukan dan biasanya telah disepakati oleh seluruh anggota kelompok. Bila ada yang melanggar biasanya akan dikenai sanksi sosial yang berlaku di kelompok tersebut. Norma diperlukan dalam suatu kelompok untuk mengatur segala sesuatunya agar tertib dan hubungan antar anggota kelompok menjadi teratur dan tertata.
5. Kepemimpinan, diperlukan sebagai upaya actuating dari formalitas struktur, kejelasan status hierarki, peran dan norma. Tanpa kepemimpinan yang efektif, keempat karakteristik kelompok akan menjadi sia-sia.
6. Kekompakan, diperlukan untuk menutup kekurangan pemimpin dan kelemahan karakteristik anggota kelompok yang lain.
Semoga bermanfaat.,.,.,.,.